Menyedihkan memang melihat seseorang yang putus cinta. Baginya seakan segalanya sudah tak berarti ,gak kebanyakan orang seperti itu. Tidak juga bagi IMEL.
Gadis penyendiri dan pendiam ini menganggap putus cinta adalah hal yang konyol. Pertama senang, cemburu, ada perasaan gelisah jauh dari pasangan, lalu terakhir putus.
Wajar menurutnya, putus cinta hal yang dialamisemua manusia. Semua manusia pasti pernah merasakannya. Pantaslah hingga kini Imel memang belum pernah mersakan namanya menjalin kasih, bahasa kerennya sih pacaran! Hanya first love saja.
“Imel !!!” panggilan itu terasa jauh didengar. Tak berapa lama seorang gadis berambut panjang terurai menghampiri Imel.
“Imel !!gw nyari loe 3 bulan ini. Kemaja aja loe??”tanya si gadis
Imel memandang lalu menjawab, “Urel ??ko loe bisa disini??gw sekarang tinggal di deket sini.”
“Iya gw “Urel. Loe gak lupakan sama gw Mel??gw gak sengaja liat loe. Loh !! ko loe bisa tinggal disini.”
Kedua gadis itu berjalan menyusuri lampu kota disamping jalan, sambil melepas keingintahuan mereka masing-masing.
Imel melanjutkan perkataannya, “ya enggak lah, masa gw lupa sama loe. 3 bulan yang lalu, gw pindah kesini.”
“Owh !!! pantas saja gw cari loe dirumah loe yang dulu gak ada.”
“By the way... ada apa loe nyari gw??”
“Loe ternyata masih sama ya kaya dulu gak ada yang berubah. Gw nyari loe karna sebentar lagi ada REUNI AKBAR SMA kita, dan undangan punya loe ada di gw. Kebetulan “Urel mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah undangan, Urel menyodorkan undangan tersebut ke Imel.
Diambil oleh Imel undangan itu. Undangan berwarna biru langit itu sangt menarik. Dibaca oleh Imel undangan yang telah lama itu.
“Acaranya satu minggu lagi ??” tanya Imel.
Urel mengangguk tersenyum.
“Masih ingat gak loe sama temen SMA dulu ....??” tanya Urel.
“Ya iyalah masih inget !!”
“gw kirain loe dah lupa!! Hehe ... “ Urel berucap sambil tertawa.
Pembicaraan mereka berakhir ketika sebuah mobil berhenti tepat didepan mereka. Urel mendekati mobil itu, seorang supir membukakan pintu untuk Aurel (Urel).
“Imel gw ,duluan ya... atau loe mau bareng gw anterin??” tanya Urel menawarkan.
“owh !! gak usah Rel, terimakasih... rumah gw juga udah deket ko !!” penolakan yang ramah.
Urel pergi meninggalkan Imel sambil melambaikan tangan dari dalam mobil.
Kini di pinggir jalan itu tinggallah Imel sendiri yang berjalan menyusuri lampu kota menuju rumahnya.
Yang ada dipikiran Imel sekarang adalah menamatkan kuliahnya, tidak peduli orang lain berkata apa tentang Imel yang tidak memiliki pasangan. Baginya kalau jodoh tidak kemana. Itulah pepatah lama yang cocok.
Bukan berarti Imel tidak menyukai lawan jenis, dalam hatinya ada perasaan sayang dan suka terhadap lawan jenis.
Imel mengingat kembali masa SMA nya. Pertama kali Imel MOS (Masa Orientasi Siswa) disitulah ia bertemu dengan Urel yang sampai sekarang menjadi teman dekatnya. Di SMA juga Imel merasakan yang namanya first love atau cinta pertama.
Kalau kata orang tua, cintanya anak SMA tuh masih “cimon” alias Cinta Monyet. Hehe...
Ternyata, cintanya Imel nggak bertepuk sebelah tangan, soalnya si pujaan hati juga punya perasaan yang sama kaya Imel.
“Adam.” Itu nama first love Imel. Sayangnya semua berakhir dengan perpisahan.
Adam melanjutkan kuliah ke STPDN. Adam dan Imel sama-sama tidak ada yang mengucapkan kata putus. Hanya saja, Adam berucap agar Imel menjaga dirinya baik-baik. Imel juga berjanji kepada Adam bahwa ia akan menunggu Adam sampai tamat kuliah. Semoga saja penantian tidak sia-sia.
Semenjak itu, Imel tidak pernah lagi berhubungan dengan cowok manapun. Karna ia ingat akan janjinya kepada Adam. Janji yang menurutnya adalah sesuatu yang seharusnya ditepati.
Urel pernah berkata pada Imel. Agar Imel melupakan Adam yang belum jelas nantinya. Siapa tahu Adam lupa dengan Imel saat ia kuliah. Mungkin aja Adam mencari cewek lain.
Tetap saja Imel tidak menggubris ocehan Aurel. Menurutnya, apa yang diucapkan Urel tidak benar. Itu semua hanya omong kosong. Cuma takdir yng bisa menjawabnya. Apapun bisa terjadi dalam jangka waktu 4 tahun.
Hingga kini, 4 tahun sudah Imel melupakan semuanya. Masa lalu yang menurutnya hanya bualan belaka. Entah dimana Adam sekarang. Mungkinkah Adam masih mengingatnya. Masih setiakah ia dengan janji yang dulu.
Janji yang hingga kini masih terngiang di telinga Imel. Entah, janji itu di tepati atau diingkari.
***
Reuni Akbar SMA Imel pun diadakan hari ini, pukul 13.00. Imel sudah berpakaian rapi hendak menghadiri acara tersebut dalam hatinya, “siapa tahu Adam datang ke reuni itu, diakan satu SMA dengan Imel.
Dengan wajah yang cerah, Imel berangkay bersama Urel. Sampai disana pukul 13.00. Acara sudah dimulai setengah jam yang lalu.
Imel dan Urel duduk dikursi paling belakang. Terlihat samar-samar didepan orang yang berpidato. Tidak begitu jelas karena jarak antara orang yang berpidato dan tempat duduk Imel sangat jauh.
Imel menengok kekanan dan kekiri seolah-olah mencari seseorang bisa ditebak, Imel sedang mencari Adam.
“kenapa sih loe Mel?? Lama-lama leher loe patah deh nengok-nengok mulu!!” tanya Urel.
Imel tidak menghiraukan ucapan Urel. Ia hanya mencari seseorang. “kok gak ada??”
“Imel loe nyari siapa??” Urel melihat wajah cemas Imel.
“Adam!!” nama itu keluar begitu saja dari bibir mungilnya.
Mendengar hal itu, Urel langsung berdiri menengokkan kepalanya ke kanan, ke kiri, ke depan, ke belakang sambil mencari.
“kayanya dia gak dateng deh !!” ujar Urel.
Wajah Imel semakin memucat mendengar perkataan Urel.
“tenang, Mel... coba kita lihat di daftar hadir tamu undangan reuni.” Urel menarik tangan Imel menuju tempat para tamu mengisi daftar hadir.
Urel bertanya pada seorang gadis yang menjaga tempat daftar hadir tamu undangan, “permisi....”
“iya, ada yang bisa saya bantu kak??” si gadis menjawab ramah.
“saya mau cari tamu yang bernama Adam Syahputra. Apa dia sudah datang??” tanya Urel.
Gadis itu membuka catatan daftar hadir tamu. Dilihatnya satu persatu nama yang ada dibuku daftar hadir tamu.
“maaf kak ... tidak ada yang bernama Adam Syahputra.” Urel mengecek kembali.
Tidak didapati nama Adam dibuku itu. Dengan perasaan kecewa Imel mengucapkan terimakasih kepada gadis tadi. Urel dan Imel meninggalkan tempat acara reuni tersebut.
“dia gak dateng !!” ucapan Imel melemah.
“udah donk Imel, sampai kapan loe mau nunggu dia??”
“sampai gw ketemu dia.”
“loe gila !! kalau loe gak ketemu lagi sama dia gimana??”
“Cuma Tuhan yang tau semuanya.”
***
Sore ini di Taman Kota. Dari jauh terlihat saat gadis cantik duduk dibangku Taman. Sendiri hanya di temani dedaunan yang jatuh.
Imel..!! seperti menunggu seseorang, benar saja, Imel menunggu Adam di Taman itu.
Sewaktu Adam akan kuliah, mereka berdua berjanji akan bertemu di Taman itu. Imel menunggu termenung sendiri sambil melempar batu kedalam kolam.
Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 malam. Dari sore sampai hampir larut malam Imel masih menunggu kedatangan Adam. Malam ini yang didapat hanya kekecewaan saja. Tak nampak Adam datang.
Imel pulang membawa senyum kecewa. Imel berjalan sendiri di temani lampu kota dan bintang malam yang bertaburan. Dia menengadah ke langit berhenti sejenak.
“Tuhan... kenapa dia tidak datang. Apa aku bersalah padanya?? Kalau memang kau ijinkan aku bertemu dengannya, pertemukan aku dengannya untuk yang terakhir kali.” Ucapan Imel melemah lemas, wajahnya kusut, langkah kakinya gontai menuju rumah.
***
Terdengar ketukan pintu, “tok...tok..tok..”
Imel berlari menuju pintu membukakan pintu untuk orangyang datang.
“Urel !! ada apa loe datang pagi-pagi?? Ayo masuk !!” Imel mempersilahkan masuk.
Urel masuk dengan wajah yang muram.
“Mau minum apa Rel??”
“gak usah Mel, gw Cuma mau nganterin ini.”
Sebuah undangan berwarna gold, begitu indah dan rapih dilihat. Imel tercengang melihat nama dalam undangan itu.
“Adam dan Naura??” tanya Imel.
“iya Mel !! loe harus terima kenyataan. Dia gak inget sama loe. Gw udah bilang supaya loe lupain dia. Sia-sia pengorbanan loe selama ini. Sampai sekarang loe gak pernah buka hati loe buat cowok lain cuma demi dia.” Urel kesal.
Imel hanya terdiam membisu. Tak sepatah katapun terucap darinya.
“gw pasti datang ke pernikahannya!!” ucap Imel sambil berlari menuju kamar.
Urel melangkah pelan masuk ke kamar Imel. Di depan jendela Imel melihat hujan yang turun pagi ini. Air matanya menetes tak terbendung lagi. Hujan pagi ini mengiringi kenyataan yang dibawa oleh Urel.
Kenyataan bahwa penantian yang selama ini ia tanamkan, hanya angin belaka. Orang yang ia cintai dan tunggu akan menjadi milik orang lain.
“Mel, loe gak boleh kaya gini. Loe harus buktiin sama Adam, kalau loe bisa tanpa dia. Cowok di dunia ini gak Cuma 1, masih banyak yang suka sama loe.”
“ok !! gw harus ikhlassin dia. Bener kata loe Urel, gw gak boleh kaya gini terus.” Hanya di ucapan saja, tetapi didalam hati Imel berbeda.
“loe yakin mau dateng ke pernikahannya??”
Imel mengangguk kepala menandakan “iya” .
***
Hari ini detik ini, Imel menghadiri pesta pernikahan Adam. Ia pergi bersama Aurel. Tema pesta pernikahan ini seperti pesta kebun.
Terlihat kedua insan yang berwajah bahgia sedang bersanding di pelaminan. Tidak ada yang berubah dari wajah Adam, yang berubah hanya Adam melupakan segalanya tentang masa lalunya.
Adam melihat kedatangan Imel dan Urel. Adam hanya terdiam terpaku, menatap wajah Imel dari kejauhan. Mungkin penyesalan adalah kata-kata yang pantas untuk Adam.
Dua hari sebelum hari pernikahan Adam. Urel menemui Adam dirumahnya. Urel menceritakan semuanya kepada Adam. Tetapi, sudah terlambat. Hari pernikahan Adam sudah dekat Adam dijodohkan dengan Naura.
Naura adalah anak dari pengusaha properti teman bisnis orang tua Adam. Adam tidak mau membantah orang tuanya. Imel melihat Adam yang menatapnya dari kejauhan.
Dalam hati Imel berkata, “Adam.. gw udah ikhlasin loe buat yang lain. Mungkin loe bikan jodoh gw. Selama apapun gw nunggu loe, gak akan bisa bersatu. Karna takdir kita berbeda”.
Air matanya jatuh tak terbendung lagi. Mencintai seseorang yang tak mungkin dimiliki. Bagaikan Punduk Merindukan Bulan. Mencintai manusia berlebihan akan menimbulkan atau bahkan sebaliknya menyedihkan.
Kesenagan duniawi hanya sementara, kesenangan diakhir nantilah yang kekal abadi.