IkadaNews - Pak Musik Alias Wak Balon "Sumanto Asal Medan" punya
kelainan aneh ,suka makan bangkai dan kotoran manusia, ingin makan
bangkai manusia namun takut di pidana.
Berbeda dengan Sumanto yang suka memakan tubuh manusia yang telah
meninggal, Lagu Singgarimbun alias Pak Musik alias wak Balon sumber (52)
‘hanya’ hobi memakan bangkai hewan dan kotoran manusia. Warga Langkat,
Sumut, tepatnya dari Dusun Sepirak, Desa Besadi, Kecamatan Kuala itu
mengaku sudah 28 tahun menjalani hidup aneh itu. Dia mengaku, setidaknya
dalam dua hari sekali, dia menyantap bangkai.
Rupanya warga di sekitaran itu telah lama mengetahui kelakuan aneh Pak
Musik. Dikutip ruanghati.com dari Pos Metro Medan (grupnya JPNN)
bertandang ke rumahnya. Semula, dia sedang asyik duduk menyandar di
dinding warung dekt rumahnya, sambil menyulut rokok. Dia tidak
mengenakan baju dan hanya memakai kain sarung warna hijau. Setelah
memperkenalkan diri dan memberitahu maksud kedatangan Pos Metro Medan,
ayah lima orang anak inipun sempat terdiam sejenak namun belakangan
mengajak tamunya ke ke rumahnya.
“Ya udah. Kita ke rumah aja biar enak ceritanya,” katanya sambil
beranjak dari duduk. “Beginilah rumah kita. Di dalam dan di luar, sama
aja,” ujar Pak Musik berbasa-basi sambil mengembangkan tikar plastik di
teras. Setelah mempersilahkan duduk, sesekali dia menatap tajam ke arah
wartawan ini. “Kalau masalah itu, barusan saja saya makan bangkai
dipingir sungai, ini tangan saya masih berbekas (maksudnya bekas
bangkai-red),” ungkapnya sambil membuka telapak tangan kanannya.
Meski rutin mengkonsumsi bangkai ternak atau binatang, tapi Pak Musik
mengaku tidak pernah ada masalah dengan kesehatannya. Bahkan menurutnya,
bangkai yang disantapnya merupakan obat bagi tubuhnya. “Selama saya
memakan bangkai itu, tak pernah sekalipun perut saya sakit. Artinya
kesehatan saya tidak pernah terganggu, begitu juga ketika memakan
kotoran manusia, saya tetap sehat-sehat aja, malah bertambah sehat
rasanya,” ujarnya enteng.
Dia mengaku bangkai hewan apa saja yang pernah disantapnya, mulai dari
bangkai ayam, ikan busuk dan bangkai-bangkai hewan lainya. “Kalau saya
sebutkan satu satu, mungkin terlalu banyak,” ujarnya. Tapi yang pasti,
lanjutnya, yang sering disantap bangkai ayam yang sudah banyak
belatungnya. “Rasanya enak kok kalau dimakan pakai nasi,” jelas Pak
Musik seraya mengaku terkadang memakan ayam bangkai tadi dengan
bulu-bulunya.”
Dia sendiri mengakui kebiasan unik itu tergolong aneh. Karenanya, saat
memakan bangkai dan kotoran manusia, tapi tak sekalipun dilakukannya di
hadapan orang, termasuk anggota keluarganya. Katanya, kasihan sama anak
dan istri saya, yang bisa tidak bisa makan lantaran melihat adegan
itu. Saat makan bangkai atau kotoran manusia, dilakukan di pinggir
sungai atau kebun agar tidak dilihat oleh mereka. Dikatakan,
bangkai-bangkai biasanya disantap dengan nasi putih.
Dia tampak keberatan saat ditanya latar belakang yang membuatnya
berperilaku aneh itu. Sambil membetulkan letak kainnya, ia mengatakan,
“Nggak usah cerita masa lalu saya. Karena yang ingin diketahui, kan cuma
saya makan bangkai. Kan itu saja?” dia sempat bekerja layaknya
orang-orang normal lainnya. Namun menarik nya , dia mau membuka cerita
masa lalu setelah di desak.
Pria yang telah separuh beruban ini, pernah menjadi pekerja seorang
penguasa sukses yang punya puluhan angkutan umum. Cerita dia, pada suatu
hari, ada sebuah barang berharga milik si pengusaha diklaim hilang.
Tanpa punya dasar dan bukti yang kuat, Pak Musik dicurigai sebagai
pelakunya. Kecurigaan pengusaha itu, karena mendengar bisikan rekannya
yang kaya. Padahal belakangan diketahui, rekannya itulah yang sebenarnya
mencuri barang berharga tersebut. Meski dia sudah bersumpah berulang
kali, tuduhan tetap idak berubah.
Dia bahkan sudah memberitahukan kepada si pengusaha bahwa pencurinya
adalah empat orang yang sebelumnya dianggap Pak Musik sebagai sahabat
baiknya. Tapi pengusaha itu tidak yakin atas pengakuan Pak Musik.
Alasannya, orang yang dituduhkan tadi banyak duit. “Sejak saat itu, saya
berhenti bekerja,’ ceritanya.
Namun, selang beberapa bulan kemudian, Pak Musik dipanggil lagi oleh si
pengusaha yang megaku telah mengetahui siapa sebenarnya orang yang
mencuri asetnya. Karena sudah telanjur sakit hati, Pak Musik tidak mau
lagi bekerja. Terlebih, “saya ingat betul dengan kata-kata sohib si
pengusaha yang mengatakan, saya orang miskin tidak ada gunanya hidup
kalau tidak punya ilmu.’
Terngiang kalimat sahabatnya itulah, Pak Musik berjanji dalam hati,
suatu hari nanti, dia akan berguna bagi orang lain. Sewaktu mengucapkan
ikrar itu, di situlah Pak Musik mengambil sepotong daging ayam goreng
yang telah busuk lalu memakannya. Sejak saat itu, memakan daging busuk
atau bangkai, tak lagi menjadi masalah baginya. “Kalau makan bangkai,
setidaknya dua hari sekalilah,” imbuhnya tersenyum.
Pria yang hanya sekolah hingga kelas 3 SD itu pun cerita, kampung orang
tuanya di Kuta Buluh Semole, Tanah Karo, sedangkan Pak Musik sendiri
kelahiran Padang Bulan, Medan. dia anak kelima dari delapan bersaudara.
Sejak tidak bersekolah lagi, Pak Musik hidup dan dibesarkan dari satu
kampung ke kampung lainnya. Bahkan mulai hidup berpindah-pindah dari
kota yang satu ke kota lain.